Jumat, 04 Maret 2011

Kemuliaan Sri Vishnu Sahasranama Stotram 3


vAsudevASrayo martyo vAsudeva parAyaNaH |
sarvapApaviSuddhAtmA yAti brahma sanAtanam ||
na vAsudevabhatAnAmaSubham vidyate kvacit |
janmamRtyujarAvyAdhibhayam vApyupajAyate ||

Umat manusia yang telah menyerahkan dirinya berlindung kepada Vasudeva dengan pemahaman bahwa Vasudeva adalah tujuan tertinggi yang hendaknya dicapai, maka dia akan disucikan dari segala dosa dan pikirannya akan dimurnikan. Pada akhirnya dia akan mencapai Brahman Yang Mahakekal. Bagi hamba Tuhan Vasudeva, tidak akan pernah ada hal buruk yang menimpanya. Tidak pula ia memiliki rasa takut terhadap derita kelahiran, kematian, usia tua, dan penyakit.

imam stavamadhIyAnah SraddhAbhaktisamanvitah |
yujyetAtmasukhakshAntih SrIdhRtismRtikIrtibhih ||

Umat manusia yang melantunkan stotra suci ini dengan penuh keyakinan dan pengabdian, diberkati dengan sukacita dalam dirinya, kesabaran, kemakmuran, keteguhan batin, ingatan yang tajam, dan segala kemashyuran.

na krodho na ca mAtsaryam na lobho nAsubhA matih |
bhavanti kRta puNyANAm bhaktAnAm purushottame ||

Amarah dan iri dengki, keserakahan dan pikiran jahat tidak pernah menodai batin orang-orang yang menjadi hamba Sang Pribadi Tertinggi, yang telah mencapai matangnya buah kebajikan dari perbuatan-perbuatan saleh.


shatrA kham diSo bhUh mahodadhiH |
vAsudevasya vIryeNa vidhRtAni mahAtmanaH ||

Angkasa nan luas, berikut bulan, matahari, bintang-bintang, langit, segala penjuru, bumi, samudera raya, semuanya berada di bawah kendali kuasa Vasudeva, Tuhan Junjungan Tertinggi.

Berbagai manfaat yang tiada terkira telah diuraikan dalam berbagai sloka sebelumnya, termasuk anugerah Moksha bagi mereka yang melantunkan stotra ini dengan penuh kebaktian. Sri Bhattar mengemukakan bahwa mungkin saja ada mereka-mereka yang karena ketidak beruntungannya, menimbang-nimbang dan ragu akan kebenaran sloka-sloka tersebut. Maka dari itu sloka ini mengingatkan akan kesalahan berpikir seperti itu. Sloka-sloka ini dan berikutnya menyatakan bahwa tidak ada yang perlu diragukan dari keagungan, kekuatan dan kekuasaan Bhagavan Vishnu. Kita harus mengingat bahwa stotra ini dipersembahkan kepada siapa dan yang memberikan anugerah tiada terkira ini tak lain dan tak bukan adalah Yang Mahakuasa. Yang mewujudkan segala keajaiban semesta yang tiada bandingannya! Karena itu stotra ini beserta segala pernyataan di dalamnya bukanlah sesuatu yang sengaja dilebih-lebihkan, karena tentu tiada kata berlebihan bagi Yang Tiada Batas-Nya! Pemahaman serupa juga ditekankan oleh Sri Sankara, sepakat dengan apa yang telah digarisbawahi oleh Sri Bhattar.

sa-surAsura-gandharvam sa-yakshoraga-rAkshasam |
jagad-vaSe vartatedam kRshNasya sa-carAcaram ||

Dunia ini beserta segenap makhluk hidup dan benda mati, yang bergerak maupun yang tak bergerak, berikut para Deva, gandharva, yaksha, naga, dan raksasa. Semua berada di bawah kendali Sri Krishna.

sarvAgamAnAmAcArah prathamam parikalpyate |
AcAra prathamo dharmo dharmasya prabhur-acyutah ||

Perilaku yang benar adalah aturan tertinggi yang harus diperhatikan oleh semua sastra suci. Segala jenis sastra suci yang menganjurkan pelaksanaan berbagai ritual (anusthana-sastra) dan sastra suci yang menjelaskan segala seluk beluk yang mendasari suatu karya keagamaan (tattva-sastra) berada di bawah kendali Acyuta.

Rshayah pitaro devAh mahAbhUtAni dhAtavah |
ja'ngamAja'ngamam ca idam jagat nArAyaNodbhavam ||

Para Rishi agung, para dang hyang leluhur, para deva yang beraneka rupa, unsur-unsur pembentuk dan hasilnya, beserta segala makhluk yang bergerak maupun tak bergerak, yang menyusun segenap isi alam semesta, bersumber tiada lain dari Narayana.

yogo jnAnam tathA sA'nkhyam vidyAh SilpAdikarma ca |
vedAh SastrANi vijnAnam etat sarvam janArdanAt ||

Ilmu pengetahuan yoga, sankhya, berbagai cabang ilmu lain seperti seni, kerajinan, bahkan semua Veda dan sastra, semua ini berasal dari Janardana.

eko vishNur mahad-bhUtam pRthak-bhUtAnyanekaSah |
trIn-lokAn vyApya bhUtAtmA bhu'nkte viSva-bhuk avyayah ||

Vishnu adalah Tuhan Junjungan yang tunggal tiada dua-Nya dan tiada bandingan-Nya. Beliau meresapi segalanya di ketiga semesta dan juga segenap dunia rohani yang tidak terukur.

imam stavam bhagavato vishNor-vyAsena kIrtitam |
paThed-ya-icchet purushah Sreyah prAptum sukhAni ca ||

Umat manusia yang menginginkan kebahagiaan tertinggi yang tiada batasnya dan juga sukacita di dunia, hendaknya mendaraskan stotra suci ini, yang diabadikan bagi Bhagavan Sri Vishnu, yang telah dikidungkan oleh Sang Rishi Agung Vyasa.

Sri Bhattar dalam ulasannya memandang sloka ini sebagai rangkuman dari stotra ini dan menyampaikan pengalaman batinnya yang menjelaskan mengapa Sri Vishnu Sahasranama Stotra memiliki kuasa yang begitu besar dan kedudukan yang sangat luhur. Stotra ini mengidungkan puji-pujian kemuliaan Tuhan Tertinggi Vishnu, yang kemaha-agungan-Nya tiada batas-Nya. Beliau yang memuliakan-Nya melalui stotra ini tiada lain adalah Maharishi Vyasa, yang telah ‘meminum’ keagungan Tuhan sepenuh-penuhnya, dan yang tidak pernah kehabisan kata-kata dalam memuji serta menguraikan kemahaluhuran-Nya. Inilah Permata segala kidung suci, yang mengandung keagungan Beliau yang dipuja dan juga keagungan dari yang memuja-Nya. Dunia yang penuh cacat cela pantaslah melantunkan kidung yang mahasuci ini, karena dia memiliki kesaktian untuk menawarkan segala penderitaan alam fana dan menyelamatkannya dari kehancuran serta cacatnya. Oleh karenanya, segala sesuatu yang berkenaan dengan stotra ini adalah sempurna adanya. Sempurna yang kemuliaan-Nya dikidungkan, sempurna sang pujangga yang mengidungkannya, dan sempurna anugerah-anugerah utama yang dicurahkan bagi mereka yang melantunkannya. Maka siapapun yang menghendaki sukacita tertinggi atau kenikmatan duniawi, apapun latar belakangnya, bolehlah menggantungkan diri padanya.

viSveSvaram ajam devam jagatah prabhavApyayam |
bhajanti ye pushkarAksham ne te yAnti parAbhavam ||
|| na te yAnti parAbhavam oM nama iti ||

Bhagavan Pundarikaksha, Tuhan yang mata-Nya seindah seroja, adalah Pujaan Tertinggi, yang tidak dilahirkan, Penguasa semesta alam, dan Sebab Asli segala ciptaan serta peleburan alam semesta. Mereka yang melantunkan kidung puja-puji bagi-Nya, tidak akan pernah mengalami kehinaan apapun bentuknya.

Rabu, 02 Maret 2011

Kemuliaan Sri Vishnu Sahasranama Stotram 2


dharmArthI prApnuyAddharmamarthArthI cArthamApnuyAt |
kAmAnavApnuyAt kAmI prajarthI cApnuyAt prajAh ||


Dalam sloka ini dijelaskan bahwa mereka yang menginginkan kebenaran (dharma), akan diberkati dengan dharma. Mereka yang mengidamkan kekayaan dan kemakmuran akan memperolehnya. Mereka yang menginginkan hidup penuh kenikmatan akan memperoleh nikmatnya dunia. Sedangkan mereka yang berharap memiliki keturunan akan diberkati dengan anak-anak.
bhaktimAn yah sadotthAya Sucis-tad-gata mAnasaH | sahasram vAasudevasya nAmnAmetat prakIrtayet ||

Sri Bhattar selanjutnya mengelompokkan sloka di atas dan 3 sloka berikutnya sebagai pernyataan mengenai manfaat yang akan diperoleh seorang bhakta, yang mendaraskan nama-nama ini sebagai Japa dengan mengikuti aturan-aturan atau disiplin yang telah ditentukan.

Dari kedua sloka sebelum ini, diperhatikan bahwa pelantunan baik dengan cara terdengar jelas, berbisik, atau dalam batin, maupun mendengarkan pelantunan stotram ini saja, maka akan memperoleh manfaat. Manfaat itu dianugerahkan pada mereka yang secara terbuka memohonnya maupun yang tidak, seperti anugerah otomatis yang diterima seseorang yang patuh terhadap pelaksanaan varna dharma-nya sendiri. sekarang Vyasa menunjukkan bahwa apabila seseorang bangun pada dini hari, menyucikan dirinya dengan mandi berikut melaksanakan berbagai ritual yang sesuai dengan dharmanya sebagaimana diatur dalam pustaka suci menurut varna dan asramanya, lalu kemudian melantunkan seribu nama suci Bhagavan Vasudeva ini dengan pikiran yang sepenuhnya terpusat kepada-Nya, maka dia akan dianugerahi dengan pembebasan tertinggi itu sendiri.

Sri Sankara menyatakan, “bhaktimAn ityAdinA bhaktimatah Suceh satatam udyuktasyaikAgra cittasya SraddhAlorviSishTAdhikAriNah phala viSesham darSayati, berikutnya adalah manfaat khusus yang dianugerahkan kepada mereka yang penuh kebaktian, suci murni, senantiasa memusatkan batinnya dengan penuh perhatian, dan berkeyakinan penuh.” Sri Radhakrishna Sastri juga mencatat bahwa yang dinyatakan berikut adalah manfaat-manfaat yang akan dicapai oleh seseorang yang memiliki pengabdian terpusat kepada Vasudeva, terus-menerus mengarahkan batinnya kepada Beliau, berpikiran, berucap, dan perbuatannya suci, dan ditambah dengan melantunkan seribu nama Bhagavan Vasudeva sebagaimana dikemukakan dalam sloka ini.

yaSah prApnoti vipulam jnAti prAdhAnyameva ca | acalAm SriyamApnoti Sreyah prApnotyanuttamam || na bhayam kvacitApnoti vIryam tejaSca vindati | bhavatyarogo dyutimAn balarUpaguNanvitah || rogArto mucyate rogAdbaddho mucyeta bandhanAt | bhayAnmucyeta bhItastu mucyetApanna ApadaH ||

Prof. Srinivasa Raghavan menerjemahkan sloka ini sebagai berikut, “Dia akan diberkati dengan nama besar dan kemakmuran, dia akan menjadi yang paling terkemuka di antara semua handai taulannya. Dia akan memperoleh kekayaan dan kemakmuran yang tiada habis-habisnya di dunia ini, dan dia juga akan memperoleh harta yang tiada bandingannya dalam hidup selanjutnya. Tidak ada yang ditakutinya di segala penjuru. Dia akan memperoleh kekuatan dan kuasa. Dia tidak pernah merasa dalam keadaan tidak enak dan senantiasa bercahaya cemerlang. Dia diberkati dengan kekuatan, tubuh yang sehat, dan sifat-sifat yang mulia. Dia yang tengah menderita sakit akan disembuhkan. Dia yang terbelenggu akan dibebaskan. Dia yang dikuasai oleh rasa takut akan terbebas sepenuhnya, dan dia yang mengalami kesulitan akan mampu melampaui serta mengatasinya.”

Sri Bhattar dalam ulasannya menekankan bahwa seluruh sloka ini berpusat pada satu anugerah. Kata anuttamam sreyah (kekayaan/harta yang tiada bandingannya) adalah moksha atau pembebasan /kelepasan tertinggi. Sedangkan anugerah-anugerah yang lain adalah manfaat keberhasilan di dunia. Walau demikian menurut Sri Bhattar ada dua cara pandang terhadap anugerah-anugerah lain ini. Pertama mereka merupakan karakteristik yang menyertai pencapaian pembebasan itu sendiri. jadi secara otomatis, para jiva yang telah mencapai pembebasan diberkati dengan berbagai keistimewaan seperti disebut di atas, sekalipun mereka masih ada di dunia. Yang kedua adalah bahwa anugerah-anugerah lain ini hendaknya dipahami sebagai pendukung untuk mencapai yang paling penting dan utama yaitu moksha, satu-satunya anugerah tertinggi yang hendaknya menjadi aspirasi kita.

Berdasarkan pengertian kedua maka dapat dipahami sbb.
1. Terbebas dari kecemasan dipahami sebagai keyakinan penuh bahwa Bhagavan, Tuhan Yang Maha Esa, pasti akan datang menyelamatkan kita dari samudera derita samsara pada akhir hidup kita saat ini juga. Keyakinan ini menghapuskan segala kekhawatiran. Ini disebut Maha-visvasam.
2. Memperoleh harta kekayaan yang tiada habis-habisnya, acalam-sriyam, bermakna bahwa dia akan memperoleh berkat dan kesempatan yang tidak terbatas untuk senantiasa berada sepenuhnya dalam pelayanan pengabdian suci kepada Tuhan, kainkarya-sri.
3. Dibebaskan dari segala penyakit berarti berakhirnya atau terbebasnya dari penyakit yang paling parah yaitu kemelakatan kepada keduniawian dan objek-objek yang bersifat fana dalam kehidupan ini. Itu berarti kemelakatan kepada tubuh dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tubuh sementara ini juga akan diakhiri.
4. Tidak ada yang dapat menimbulkan rasa takut karena penyebab ketakutan kita yang terbesar yaitu penderitaan kematian dan kelahiran yang dialami berulangkali dalam samsara akan dipadamkan.
5. Memperoleh kemashyuran yang utama berarti sang abdi akan dikenal dengan pengabdian dan penghambaannya yang penuh menyeluruh kepada Bhagavan Vasudeva sebagai wujud pencapaian yang tertinggi.
6. Cahaya kharisma dari hamba Tuhan yang demikian, akan bersinar dengan sendirinya sebagaimana kita rasakan ketika berada bersama Acarya-acarya kita.
7. Selanjutnya dinyatakan bahwa apabila seseorang sepenuhnya berbakti kepada Sri Krishna dan satu-satunya hasrat hatinya hanyalah demi Sri Krishna, maka semua kesulitannya akan secara otomatis lenyap walaupun dia tidak berdoa untuk itu.

durgANyatitaratyASu purushah purushottamam | stuvannAmasahasreNa nityam bhakti samanvitah ||

Seseorang yang dengan penuh pengabdian memuliakan Sang Pribadi Tertinggi, Purusottama, dengan mendaraskan seribu nama-nama suci-Nya ini setiap hari, akan berjaya di atas segala hal yang menyulitkan dengan sangat mudah.

Senin, 31 Januari 2011

Kemuliaan Sri Vishnu Sahasranama Stotram


Sri Vishnu Sahasranama Stotram adalah kidung pujian yang paling dimuliakan dalam tradisi penganut Sanatana Dharma. Tiada terhitung jumlahnya orang suci, para Rishi, sarjana, dan spiritualis yang menuangkan pengalaman rohaninya ke dalam begitu banyak ulasan terhadap Stotra ini. Salah satu kisah adalah ketika Sri Adi Sankaracharya hendak memulai karya agungnya menyusun ulasan atas berbagai cabang sastra suci Veda yang kemudian memuncak pada ulasan Vedantasutra-nya, maka beliau menginginkan untuk membuat awal yang mujur dengan menulis ulasan pertama atas kitab atau bagian tertentu dari Veda yang mahaluas. Benaknya adalah memuliakan Sri Lalitasahasranama, kidung pujian bagi seribu nama Sang Dewi Ibunda Semesta, namun setiap kali mengambil secara acak, maka naskah Sri Vishnu Sahasranamalah yang selalu dibawa berulang-ulang oleh muridnya. Ketika Sri Sankara merasa sedikit kecewa, maka muncullah Sang Dewi dalam rupa-Nya sebagai Sarasvati, untuk meyakinkan Sri Sankara menulis ulasan Sri Vishnu Sahasranama Stotra sebagai awal mujur bagi keseluruhan karya agungnya. Sri Sankara lalu memang mengalami bahwa kuasa dari stotra ini memang sungguh membuatnya mampu menyelesaikan semua tugas beratnya. Kegembiraannya tercermin dari kata-kata Sankara, geyam gita nama-sahasram dhyeyam sripati rupamajasram, “Nyanyikan Gita dan lantunkan Sahasranama. Pusatkanlah batin kepada Rupa dari Sripati, Tuhan Junjungan Sri”

Sri Vishnu Sahasranama Stotram dinyatakan sebagai revelasi melalui Maharishi Vyasa di dalam garis Rishi universal yang kekal Sanaka. Vyasa lalu mengajarkannya kepda Bhisma, Sang Sesepuh Agung Dinasti Bharata. Ketika Bhisma berada di akhir hidupnya, terbaring di atas tilam anak-anak panah, Sri Krishna memerintahkan Yudhistira untuk memohon amanat dan ajaran kebijaksanaan terakhir dari yang paling dituakan dari keluarga mereka ini. Sri Krishna lalu menambahkan anugerah bahwa kata-kata apapun yang nantinya diucapkan, apapun petuah yang diberikannya, akan abadi di dunia ini bagaikan madu kekekalan yang memancar dari bunga Veda yang indah. Bhisma setuju dan inilah ajaran yang dipilihnya sebagai warisan terakhir bagi dunia.

Sebelumnya Bhisma menjelaskan panjang lebar mengenai berbagai Dharma, aturan-aturan etik dan perilaku, serta berbagai bentuk pelaksanaan tugas dan kewajiban. Akhirnya Yudhistira bertanya kembali kepada Bhisma enam pertanyaan sebagai kesimpulan yaitu: Siapakah Tuhan Yang Tertinggi, apakah yang menjadi tujuan akhir seorang manusia menurut kesimpulan semua sastra suci, siapa yang hendaknya disembah untuk bisa mencapai tujuan itu, dengan mendaraskan apakah seseorang dapat mencapai tempat yang mulia, apakah jalan Dharma yang terbaik untuk ditempuh, dan stotra apa yang hendaknya dilantunkan agar dapat terbebas dari belenggu kehidupan duniawi dan memadamkan derita kelahiran – kematian yang berulang-ulang.

Ada pula suatu kisah tentang Sri Madhvacharya dalam perjalanan sucinya ditantang oleh para sarjana untuk membuktikan pernyataannya bahwa setiap nama dari Sahasranama memiliki seribu makna. Acharya memulainya dari nama pertama yaitu Vishwa seharian penuh. Ketika beliau hendak melangkah ke nama ke dua, para sarjana memohonnya agar berhenti, karena mereka merasa kemampuan daya tangkap mereka tidaklah cukup untuk menampung seluruh makna Sahasranama tersebut.

Sri Mukkur Laksminarasimhacharyar kemudian mengungkapkan dalam kotbah selama berminggu-minggu beberapa aspek penting dari Sri Vishnu Sahasranama Stotram. Delapan aksara pertama dari sloka pertama, Vishwam – Vishnu – Vashatkarah dikenal sebagai Astaksari. Diwejangkan oleh Nara Narayana di tempat suci Badrikashrama, di pegunungan Himalaya, dan dipahami sebagai mengandung intisari dari seluruh pengetahuan Upanishad. Lalu ditambah 8 aksara berikutnya dari Bhuta – Bhavya – Bhavatprabhuh, merupakan representasi dari 16 Rik Purusasuktam, Sukta paling inti, yang paling dimuliakan, dan paling sering dilantunkan dalam Veda. Lanjut 8 aksara dari Bhutakrit – Bhutabrit – Bhavah, menjadi 24 aksara yang menyatakan Gayatri Mahamantra. Gayatri sendiri adalah mantra 24 aksara yang menyarikan pengetahuan ketiga Veda. Ditambah 8 aksara berikutnya dari Bhutaatma – Bhuta bhavanah membentuk 32 aksara yang mewakili Mantraraja! Jika diperhatikan lagi susunannya maka diperoleh 9 nama dalam sloka pertama, 8 dalam sloka ke dua, dan 7 dalam sloka ke tiga. Kembali jumlahnya menjadi 24, sesuai dengan jumlah aksara Gayatrimantra. Jadi hanya dari sloka pertama yang mengandung 9 nama saja kita memperoleh rujukan pada Astaksari, Purusasuktam, Gayatrimantra, dan Sri Mantraraja. Selanjutnya juga diungkapkan makna rahasia dari nama yang muncul di urutan ke 394 yaitu “Rama”. Lalu diulang dengan berbagai bentuk sebanyak 16 kali dalam Vishnu Sahasranama ini. semua itu mewakili Mrita-sanjivani-mantra, mantra yang memiliki kesaktian menghidupkan kembali orang mati, yang bentuk dan susunannya hanya diketahui oleh Sukracharya!

Ini disampaikan oleh Bhisma kepada Yudhistira pada akhir dari 107 sloka yang mengandung 1000 nama suci Bhagavan di dalamnya. Artinya adalah sebagai berikut, “Demikianlah, keseribu nama suci Bhagavan Kesava, Sang Ada Tertinggi, satu-satunya yang layak dimuliakan dan dipuji, telah usai dilantunkan secara keseluruhan.”

Sri Parasara Bhattar mengulas kata ‘kirtaniyasya’ sebagai pernyataan yang dipilih untuk mengungkapkan bahwa Bhagavanlah yang layak dimuliakan dan dipuji. Dengan menggunakan kata ini maka Bhisma memberitahu Yudhistira bahwa pelantunan nama-nama suci ini harus dia lakukan segera setelah dia mengetahuinya dari Bhisma. Alasan yang sama juga berlaku saat Bhagavan dalam sloka ini disebut Kesava (Sang Pencipta Brahma dan Siva) dan juga kata Mahatmanah (bahwa Beliau adalah Sang Ada Yang Tertinggi). Jadi semua ini menunjukkan betapa pentingnya kidung pujian 1000 nama suci Tuhan, sehingga begitu kita mengetahuinya, maka hendaknya segera dilantunkan semampunya.

Kata divyanam yang disandangkan pada nama-nama ini menyatakan bahwa nama suci Tuhan tersebut dilantunkan baik di alam duniawi maupun di dunia rohani Sri Vaikuntham. Sifat rohani nama-nama suci yang melampaui segala pengaruh alam fana dinyatakan dengan tegas di sini. Bahkan nama-nama ini dikidungkan oleh para Nityasuri, Jiva-jiva sempurna yang kekal di alam rohani tertinggi. Inilah stotra pujian yang secara khusus dipilih untuk dinyanyikan oleh para Rishi agung (rsibhih parigitani). Stotra ini tidaklah sama dengan stotra-stotra lain yang kita kenal sebelumnya. Bahkan saat diungkapkannya stotra ini oleh Bhisma kepada Yudhistira adalah dalam kondisi yang sangat khusus, yaitu dalam kehadiran langsung Bhagavan Sri Krishna yang dimuliakan dalamnya.

Lalu dengan kata aseshena dinyatakan bahwa tidak ada satupun yang begitu bermakna dan sangat penting tertinggal dalam apa yang disampaikan Bhisma kepada Yudhistira. Segala sesuatu yang perlu diketahui telah diberitahukan dengan sempurna. Sri Adi Sankaracharya menjelaskan bahwa kata aseshena bermakna a-nyuna, an-atirikta, tidak kurang, tidak lebih, namun tepat seribu nama yang paling suci dan mulia. Ini mengisyaratkan bahwa seribu nama suci yang dilantunkan Bhisma adalah sungguh-sungguh amat penting dan tidaklah dipilih secara acak atau sembarangan saja. Berkenaan dengan ini Sri Sankara juga membawa kita pada enam pertanyaan Yudhistira di awal, yang menyebabkan diungkapkannya kidung suci ini. Salah satunya adalah “kim japan mucyate jantuh, dengan melantunkan atau mendaraskan (mantra) apakah seseorang akan dibebaskan dari belenggu penderitaan samsara?” Demi menjawabnya maka ditunjukkanlah seribu nama suci ini sebagai objek Japa atau pelantunan berulang-ulang. Sri Sankara menegaskan bahwa praktik Japa terdiri dari tiga jenis, uccha, upamsu, dan manasa, suara terdengar jelas, berbisik, dan dalam batin (trividha japo lakshyate – uccaA, upAmSu, mAnasa lakshaNah trividho japah). Kata prakirtitam dalam sloka ini mengungkapkan bahwa ketiga jenis Japa tersebut dapat digunakan untuk melantunkan pujian ini kepada Bhagavan.

ya idam SRNuyAt nityam yaScApi parikIrtayet |
nA'Subham prApnuyAt ki'ncit so'mutreha ca mAnavaH ||

Sloka ini menjelaskan secara umum kualifikasi untuk melantunkan stotra dan hasil yang diperoleh dari praktik itu. “Tiada sesuatupun hal yang tidak mujur dan tak dikehendaki, yang akan menimpa orang itu, baik di dunia ini ataupun di dunia selanjutnya, apabila dia secara teratur melantunkan ataupun mendengar stotra ini. ”

Dalam ulasannya Sri Bhattar mengungkapkan bahwa seseorang yang menurut kualifikasi dan kemampuannya, mendengar stotra ini atau merenungkannya di dalam hati, maka dia tidak akan pernah mengalami segala sesuatu yang buruk di dunia ini dan juga di dunia-dunia lainnya. Perhatikan bahwa manfaat dapat diperoleh baik dengan melantunkannya maupun hanya dengan mendengarkan saja.

Istilah dunia selanjutnya (amutre ca), dimaksudkan untuk menyatakan dunia-dunia yang lebih rendah dari Sri Vaikuntham, seperti Svarga, Brahmaloka, dsb. Sri Sankara mengemukakan kasus raja Yayati dan ayahnya Nahusa. Keduanya mencapai Brahmaloka dan Indraloka, namun karena mereka melakukan kesalahan kepada Brahmana setelah mencapai alam-alam luhur ini, maka pada akhirnya mereka harus menderita. Kejadian-kejadian tidak mujur semacam itu tidaklah akan pernah menimpa mereka yang melantunkan atau mendengar stotra rohani ini, yayati-nahushadivat asubha prapti abhavam.

vedAnta-go brAhmaNah syAt kshatriyo vijayI bhavet |
vaiSyo dhana samRddhah syAt SudraH sukham avApnuyAt ||

Sloka-sloka berikutnya menyatakan manfaat-manfaat yang dapat dicapai dengan melantunkan stotra ini, mendengarkan pendarasannya, dsb. Sri Bhattar menggolongkan manfaat-manfaat tersebut sbb. :

Sloka di atas menyatakan manfaat-manfaat yang dicapai oleh para anggota empat varna, ketika mereka melantunkan stotra tanpa secara khusus mengarahkan tujuannya agar mencapai hasil tertentu, dengan demikian mereka tidak perlu mengikuti atau menjalankan praktik kedisiplinan khusus dan yang lainnya.

Sloka berikutnya menyatakan manfaat yang dicapai oleh mereka yang melantunkannya dengan tujuan-tujuan khusus dalam pikirannya. Lalu dilanjutkan oleh sloka-sloka yang menjelaskan manfaat yang diperoleh oleh mereka yang melantunkan stotra mengikuti disiplin khusus seperti bangun pada dini hari, mandi, dsb. sebelum melantunkannya.

Dengan demikian, selalu ada manfaat yang dianugerahkan melalui pelantunan stotra ini baik bagi yang melakukannya dengan penuh kebaktian maupun yang melakukannya tanpa mengikuti disiplin-disiplin khusus, apakah orang itu menginginkan manfaat tertentu atau tidak, semuanya akan memperoleh anugerah. Bahkan itu bukan saja berlaku bagi yang melantunkannya, tetapi juga bagi mereka yang kebetulan mendengarkan stotra ini didaraskan.

Sloka di atas mengungkapkan bahwa manfaat-manfaat tertentu akan diterima secara otomatis oleh orang-orang yang tergolong dalam empat varna, apakah mereka melantunkannya atau hanya mendengarnya, tanpa perlu mengikuti aturan-aturan khusus dan juga tanpa menginginkan berkat istimewa tertentu. Dengan demikian seorang Brahmana akan menguasai pengetahuan Vedanta, dengan kata lain, pengetahuan sejati mengenai sang diri dan hubungannya dengan Sang Diri Tertinggi (Tuhan). Bila dia seorang Ksatriya, maka dia akan selalu berjaya. Seorang Vaisya akan berhasil dalam perdagangan/usahanya dan memperoleh kekayaan berlimpah. Sedangkan sorang Sudra akan dianugerahi kebahagiaan yang besar.

Salah satu pengulas menambahkan bahwa berdasarkan sloka ini yang merujuk manfaat yang diperoleh keempat varna, maka sesungguhnya dinyatakan bahwa sebenarnya tidak ada batasan bagi siapapun yang ingin melantunkan stotra ini. Beberapa Acharya dengan berbagai pertimbangan meminta agar para pengikutnya yang perempuan agar membatasi pengucapan sebagian stotra ini atau secara keseluruhan. Petunjuk-petunjuk demikian bervariasi, ada yang membatasi hanya 107 sloka, dari visvamvishnuh sampai shankabhrnnandaki, ada pula yang tidak memperbolehkan perempuan mengucapkannya sama sekali. Walau demikian tidak ada batasan dalam mendengarkan pelantunan stotra ini, dan perlu diingat bahwa mendengar dengan perhatian juga membawa manfaat yang sama dengan mendaraskannya secara langsung. Namun dalam keadaan apapun, petunjuk khusus yang diberikan oleh Acharya harus diikuti dengan taat.

Bersambung -