Kata Tantra menyatakan dua hal yaitu peraturan (viddhi) dan pengaturan (niyama). Viddhi menunjukkan serangkaian syarat-syarat yang ditetapkan untuk diikuti oleh praktisi sedangkan niyama adalah bagaimana seorang praktisi dapat mengatur dirinya supaya dapat menempuh jalan sesuai dengan aturan-aturan yang digariskan dalam viddhi.
Tantra berasal dari akar kata “tan”, tanyate vistaryante jnanam anena, iti tantra. Tantra merujuk pada tulisan, ajaran-ajaran suci yang dengan melaluinya pengetahuan suci dapat disebarluaskan atau diterapkan secara luas. Akhiran ”tra” berarti menyelamatkan, sehingga Tantra adalah pengetahuan atau kebijakan yang dapat menyelamatkan seseorang dari samudera samsara.
Tantra dipahami sebagai yang berhubungan dengan rincian-rincian Sadhana atau praktik disiplin spiritual Upasana. Dalam konteks ini, Tantra dijelaskan sebagai “ajaran yang dapat membawa kepada banyak pencapaian dan kemajuan dengan menerapkan cara-cara yang ahli dan bermakna sehingga pada akhirnya dapat mengarahkan kita menuju tujuan tertinggi dengan secepat-cepatnya.”
Tantra berhubungan dengan empat topik yaitu Charya (berkaitan dengan tugas-tugas relijius dan penerapan ajaran oleh praktisi dalam kehidupan sehari-hari), Kriya (berkaitan dengan pemujaan di kuil dan rincian-rincian yang diperlukan untuk mewujudkan “yang rohani” dalam manifestasi duniawi), Yogam (berkaitan dengan berbagai cara pengarahan dan pemusatan pikiran serta bagaimana jiwa praktisi menjadi lebih dekat dengan Pujaannya), dan Jnanam (berkaitan dengan pengetahuan atau lebih tepatnya pengertian/keinsafan praktisi dalam berbagai tahapan meditatifnya).
Yang memahami Tantra – menyebutnya Tantra, karena dia mampu menyediakan sarana yang tepat untuk mencapai pemenuhan dan penggenapan segala tujuan serta dapat melindungi seseorang dari bahaya-bahaya (yang dapat menyebabkan kegagalan).
Tantra juga dapat dimaknai sebagai sarana untuk menyebarluaskan energi kosmis atau energi rohani dalam batin praktisi. Jadi Tantra adalah teknik, upaya ahli, untuk menyerapkan diri praktisi dalam kekuatan dari Pujaan yang menjadi tujuan praktisi. Dengan demikian Tantra mengantarkan praktisi untuk “dipersatukan” bersama tujuannya bahkan dari awal praktik rohaninya.
Kata Tantra juga dapat dirunut asalnya pada akar kata “tatri”, yang berarti mendukung atau memberi dukungan. Di sini Tantra dipahami sebagai ajaran yang memberikan penjelasan atau keterangan mengenai aspek-aspek tertentu dalam Veda. Ada begitu banyak konsep mendasar yang hanya disebut saja dalam kitab-kitab Veda, dan kita diarahkan untuk mencari serta menemukannya dalam kitab-kitab Tantra.
Jadi dapat dipahami bahwa Tantra merupakan cara atau teknik ahli untuk menerapkan ajaran-ajaran dalam Veda sehingga dapat dicapai tujuan yang diinginkan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya. Seperti inilah Tantra hendaknya dimengerti secara luas oleh para praktisi.
Rabu, 03 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar